d'SAMBAL Airport Ngurah Rai Kedonganan:
Jl. Toya Ning Kedonganan (50 meter dari Benoa Square) (peta klik di sini)
d'SAMBAL Nusa Dua / Tanjung Benoa:
Jl. By Pass Ngurah Rai Nusa Dua (10 meter sebelah lampu merah Taman Griya) (peta klik di sini)
d'SAMBAL Kuta Legian:
Jl. Kediri, Kuta (peta klik di sini)
d'SAMBAL Uluwatu / GWK:
Jl. Raya Uluwatu (seberang SPBU UNUD Jimbaran) (peta klik di sini)
Melayani : Reservasi untuk tempat makan rombongan, prasmanan (buffet) parkir bus luas, nasi tumpeng, tour travel, nasi kotak halal, snack box, catering silakan hub telp/ WA / SMS : 0821 441 24551
Clients d'Sambal : Kementrian Luar Negeri, Citibank group, Dinas Perhubungan Bali, PT Bali Berjaya Tours, PT Mitra Inovasi Gemilang, Manajemen Pasar Baru Bandung, BRI Jakarta, banyak sekali tour travel di Bali dan luar Bali, client lengkap cek di halaman CLIENT
P.S : juga melayani pembelian voucher wisata Bali, dgn harga spesial murah seperti : tiket rafting, cruises, tiket tari Kecak & Barong, Watersport Tanjung Benoa, Spa, hotel, kapal selam , tiket2 objek wisata Bali, cek harga promo di website Paket Liburan ke Bali

Salah satu outlet d’Sambal berada di Jalan Toya Ning Kedonganan. Untuk itu kami juga memberikan bagaimana sejarah desa Kedonganan ini yang dikutip dari situs LPD Desa Kedonganan.
Sulit diketahui secara pasti mengapa desa ini bernama Kedonganan. Bila pun ditemukan, sumber-sumber historis yang mengungkap sejarah masa lalu Kedonganan cenderung beragam, beraneka versi.
Salah satu versi menyebutkan Kedonganan adalah sebuah desa yang sudah ada pada tahun 1324 (Isaka warsa 1246) tetapi dengan nama Kedongayan. Versi ini terungkap dalam Babad Ularan yang kemudian dikutip dalam Eka Ilikita Desa Adat Kedonganan.
Disebutkan, saat Bali diperintah Dhalem Bedahulu, Ki Ularan pernah menyinggahi sejumlah desa di pesisir selatan Bali sepereti Tuban, Kelahan dan Kedongayan. Dalam masa invasi Gajah Mada ke Bali, nama Kedongayan juga turut disebut-sebut sebagai tempat pendaratan tentara Majapahit bersama Kuta Mimba, Kelahan dan Tuban.
Ini berarti, berdasarkan versi ini, nama Kedonganan sebelumnya adalah Kedongayan, paling tidak sampai pada zaman Bedahulu. Hanya, mengapa desa ini diberi nama Kedongayan masih sulit untuk dilacak.
Versi lain menyebutkan hal yang berbeda. Dalam buku Monografi Desa Tuban tahun 1980 maupun Monografi Kelurahan Tuban tahun 1990 –dulu Kedonganan memang masih menjadi satu desa atau kelurahan dengan Tuban—disebutkan nama Kedonganan berasal dari kata gedong yang berarti ‘tempat bersujud’, ‘mengheningkan cipta’.
Diceritakan, setelah kalah dalam pertempuran di Kerajaan Gelgel, I Gusti Agung Maruti pergi melarikan diri. Pertama-tama sang patih yang kemudian karena memberontak berhasil menjadi penguasa di Gelgel selama lebih dari 30 tahun itu tiba di Kelan. Dari sini kemudian melanjutkan perjalanan ke selatan. Di tempat inilah I Gusti Agung Maruti mengenang nasibnya, kekalahannya, swadharma-nya dan mengheningkan cipta menunggalkan angga sarira serta atma sarira, memuja kebesarahan Ida Sang Hyang Widhi. Mengenang pentingnya arti tempat tersebut kemudian diberi nama Gedongan. Lama-kelamaan berubah menjadi Kedonganan.
Untuk mengetahui versi mana yang benar, tentu memerlukan penelitian lebih lanjut. Terlepas dari berbagai versi tersebut, kuat dugaan Desa Adat Kedonganan merupakan desa kuno. Hal ini terlihat dari adanya Pura Penataran. Biasanya, Pura Penataran hanya dimiliki desa-desa kuno, seperti Bayung Gede, Penglipuran dan desa-desa kuno lainnya.
Sumber : http://www.lpdkedonganan.com/p/sejarah-desa-adat-kedonganan.html
Pencarian D'SAMBAL:
- content
CV EKUTA HOLIDAY BALI
WA : 081 236124 950 (24 jam)
Telp. 081 353 454212, 081 236 124950"